Pandangan Anand Krishna Tentang Pendidikan, Karakter, dan Kemanusiaan Dalam Koridor Spiritual dan Holistik
Dalam kunjungannya ke Sathya Sai School, Thailand bersama Dr. Art Ong Jumsai (NASA scientist, Pendiri serta Direktur Sathya Sai School Thailand) Anand Krishna melihat bagaimana implementasi dari Pendidikan berbasis Kemanusiaan dan menghasilkan Karakter yang Baik.
Anand Krishna kemudian berkenan berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan, berbagi perasaannya dalam kunjungan tersebut dalam video yang berjudul “Pendidikan, Karakter, dan Kemanusiaan” di mana dalam video ini Anand Krishna menyoroti tentang pendidikan, karakter dan kemanusiaan dalam koridor spiritual dan holistik.
Mari sama-sama kita dengarkan apa yang beliau coba sampaikan, semoga bisa menjadikan isnpirasi buat kita semua dalam melakukan perbaikan diri agar diri menjadi lebih baik dari waktu ke waktunya.
Pesan Sai Baba tentang pendidikan amat sangat relevan dengan jaman sekarang tentang bagaimana pendidikan semestinya.
Direktur Sathya Sai School Thailand adalah seorang NASA scientist yang bernama Dr. Art Ong Jumsai sudah berusia 80 an tahun namun masih bisa berkomunikasi dengan murid-murid tk, sd dan ia juga ikut mengajar di sekolah itu.
Meskipun ia orang yang berpendidikan tinggi, namun bisa seperti itu tidak seperti para scholar atau intelektual lainnya yang biasanya tidak bisa keluar dari domainnya.
Kacaunya pendidikan karena diserahkan kepada scholars. Setiap orang harus berpendidikan tinggi, namun jangan melupakan kemanusiaan. Pendidikan saat ini melupakan aspek kemanusiaan.
Kita sering bicara bahwa pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan manusia yang berkarakter, namun karakter tersebut dikaitkan dengan apa? Dan persoalannya bukan pada karakter, tapi bagaimana manusia itu dididik untuk menjadi manusia.
Tujuan Dari Pendidikan
Bagaimana?
Sangat menarik sekali bukan. Penjabaran beliau tentang pendidikan, kemudian pada bagian ini Anand Krishna semakin mengerucut. Dimana beliau mulai membahas tentang tujuan dari penidikan itu untuk apa.
Langsung saja kita simak penjelasan beliau . . . .
Tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik.
Seruan dalam naskah, manuskrip awal yang dimiliki oleh umat manusia, yakni Rigveda adalah jadilah manusia. Dan yang disebut manusia itu adalah yang berempati.
Bila pendidikan yang kita miliki hanya digunakan untuk kepentingan diri, keluarga atau kelompok tertentu saja. Maka kemanusiaan dalam diri kita belum berkembang. Inilah kegagalan pendidikan.
Pendidikan karakter harus dilihat dari sudut pandang kemanusiaan, bukan hanya dilihat dari salah satu sudut pandang tertentu, kemudian pandangan lain dianggap salah.
Jadi, pendidikan itu tidak bisa sembarangan. Tidak hanya mendirikan sekolah karena bisnis semata. Sekolah yang dikelola secara bisnis akan menjadi beban bagi masyarakat.
Institusi pendidikan harus dikelola oleh yayasan, bukan korporasi. Untuk pembiayaan bisa lewat donasi atau usaha seperti yang dilakukan oleh Direktur Sathya Sai School Thailand, Dr. Art Ong Jumsai yang mengelola usaha Solar Plant (ladang penghasil listrik dari matahari) guna membiayai sekolahnya.
Bukan mencari uang dari sekolah, melainkan mencari uang dari usaha lain untuk membiayai sekolah. Kecerdasan yang manusiawi, ini yang harus dikembangkan.
Setiap kegiatan dirancang untuk menghemat energi serta mendaur-ulang sehingga tidak ada energi yang terbuang percuma.
Manusia Cerdas Yang Penuh Dengan Kasih Sayang
Pada 26 – 28 November 2008 di Brazil diadakan Earth Dialogue tentang air. Di sana dikatakan bahwa akan terjadi perang dunia karena air.
Pendidikan harus menghasilkan manusia yang cerdas secara intelektual (human excellence), emosinya berkembang, dan compassionate (penuh kasih sayang) terhadap makhluk hidup, alam.
Komitmen para guru di Sathya Sai School Thailand sangat luar biasa. Ada seorang guru yang ingin membiayai kuliah anaknya, ia tidak mengandalkan gaji di sekolah, tapi berusaha di tempat lain. Setelah itu ia kembali mengabdi.
Jangan menjadikan sekolah sebagai komoditi bisnis
Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual, intutitif dan penuh kasih sayang.
Cara menumbuhkembangkan kasih sayang pada anak-anak adalah dengan mengajarkan kepada mereka untuk menyayangi binatang, tanaman dan tidak menyembelih binatang untuk dimakan.
Orang tua harus dapat bekerjasama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di rumah.
Demikian pandangan Anand Krishna, tokoh spiritual humanis Indonesia yang juga merupakan penulis ratusan buku spiritual dan meditasi. Semoga pemaparan beliau dalam video “Pendidikan, Karakter, dan Kemanusiaan” bisa memberikan wawasan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Buku Yang Mudah Yang Berkarya
Di dalam buku “Youth Challenges and Empowerment” Anand Krishna berbagi tentang bagaimana memberdaya diri bagi kaum muda, dimana banyak pemahaman holistik yang bisa menjadikan inspirasi bagi kaum muda dalam berkarya, dalam mengisi kehidupan.
Bacalah buku ini bila kau merasa tidak puas dengan apa yang kau dengar dan yang kau lihat di sekitarmu. Bacalah buku ini bila kau tertantang untuk mengubah keadaan dengan terlebih dahulu merubah dirimu. Bacalah buku ini bila kau memiliki keinginan yang membara untuk mengantar bangsamu pada masa depan yang lebih cemerlang daripada masa lalunya. Bacalah buku ini bila kau ingin mandiri, percaya diri, dan mengembangkan potensi diri!.
Penulis dan Penerbit buku ini tidak bertanggungjawab atas perubahan yang terjadi pada diri pembaca buku ini, yaitu ia lebih mementingkan keluarga besar bangsa dan warga sedunia di atas kepentingan keluarga kecil dan kepentingan kelompok tertentu.
Buku Panduan Mengatasi Ketakutan
Sering kali ketakutan menjadi dasar penghambat yang menyebabkan seseorang tidak bisa melangkah maju, sering kali ketakutan menjadi sebab seseorang menjadi mandek dan tidak lagi tumbuh serta berkembang.
Rasa takut memang tidak mungkin dihindari, rasa takut adalah bagian dari emosi manusia. Namun, manusia bisa mengolah rasa takut tersebut menjadi sebuah energi untuk tumbuh dan berkembang, memotar roda evolusi.
Dalam buku “Fear Management: Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri”, Anand Krishna berbagi pengetahuan tentang bagaimana mengolah rasa takut itu untuk meningkatkan evolusi diri.
Selama ini rasa takut kita terima sebagai sesuatu yang mutlak, tak terhindarkan. Psikologi modern bahkan menegaskan rasa takut sebagai sumber energy untuk fight or flight, melawan atau melarikan diri. Ketika kita menghadapi bahaya, rasa takut secara spontan mendorong kita untuk melawan atau melarikan diri.
Rasa takut atau FEAR sebenarnya adalah False Emotion Appearing Real – Emosi palsu yang Terkesan Nyata. Senagai mahluk yang lebih mulia daripada binatang, kita dapat mengelola rasa takut kita untuk mencapai puncak evolusi diri kita.