Anand Krishna

Anand Krishna seorang tokoh spiritual humanis yang juga merupakan penulis ratusan judul buku spiritual, meditasi, yoga dan kebudayaan tersebut berbagi tips menghadapi kematian tanpa rasa ceman.

Di dalam video yang berjudul “Kematian: Menghadapinya tanpa Rasa Cemas” dimana banyak pesan penuh kebijaksanaan bagaimana kita memandang kematian dan bagaimana menyingkapi kematian tersebut.

Karena suka atau tidak suka kematian itu adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari, langsung saja mari sama-sama kita simak penjelasan Beliau.

 

 

Di dalam epos Mahabharata, ada kisah tentang Yudistira yang bertemu dengan DharmaRaj yang mana salah satu tugas dari DharmaRaj adalah sebagai dewa maut. Terjadi dialog di antara mereka yang mana DharmaRaj ini sedang menguji Yudistira.

Sang dewa bertanya kepada Yudistira apakah hal yang paling menakjubkan di dunia ini? Dan Yudistira menjawab bahwa yang paling menakjubkan adalah kita semua menyaksikan kematian tapi kita tidak percaya bahwa itu akan terjadi pada diri kita juga.

Selama kita masih berusia 30 – 40 tahun bahkan kadang-kadang sampai usia 50 tahun, kita hampir tidak percaya bahwa kita akan mati, we will die. Kita masih mengejar ini dan itu dan lainnya. Tapi setelah usia 60 tahun, 50 tahun sebenarnya dan kalau orang cukup sensitif, setelah usia 36 tahun – 37 tahun, ia sudah merasakan bahwa sekarang the clock cannot be revised.

Pada usia itu, kita sudah mencapai puncak, titik dari energi kita. Titik maksimal dari energi kita itu ketika usia 36 s/d 38 tahun setelah itu mulai menurun. Dan di usia 72 tahun itu sudah cukup menurun dan tinggal sisa sedikit energi. Dalam bahasa Jawa istilahnya eman-eman, hati-hati menggunakannya (menggunakan energi), jangan boros dan kebanyakan orang sudah meninggal pada usia itu. Berarti dia sudah maksimal menggunakan energi itu dan sisanya pun tidak ada.

Biasanya di tabungan ada tabungan minimal yang ga boleh dikeluarkan dari bank, kalau dikeluarkan akan kena denda. Nah, kalau orang yang meninggal usia 72 tahun berarti sudah mengeluarkan seluruh tabungannya, sudah nol.

Kita baru saja bertemu dengan orang yang berusia 95 tahun dan masih ok kondisinya, itu luar biasa. Padahal orang tersebut (Ram Jethmalani) adalah seorang lawyer, pengacara. Padahal seperti yang sudah pernah dibicarakan sebelumnya bahwa usia pengacara itu umumnya pendek.

Namun gaya hidup pengacara tersebut membuatnya berusia panjang. Ia tidak makan daging, rajin bermeditasi, yoga dan setiap kali ia mengelilingi kebunnya ia berhenti pada spot dimana artefak diletakkan untuk berdoa di sana.

Dan dia selalu mengatakan I am in the departure lounge of God’s airport (Saya berada di ruang keberangkatan bandara Tuhan). Dia setiap saat akan kematian.

Dengan sadar kematian. Dengan memahami bahwa kematian adalah suatu keniscayaan,  kemudian kita memiliki kesadaran baru bagaimana memanfaatkan sisa hidup yang kita miliki.

Oleh karenanya dengan menyadari kematian adalah suatu keniscayaan, maka seperti yang dikatakan oleh seorang sufi bernama Kabir bahwa apa yang ingin kau lakukan besok, lakukan hari ini dan apa yang kau rencanakan hari ini, lakukan sekarang juga.

Kita bekerja dengan semangat bahwa belum tentu besok ada (dalam arti kita masih hidup), oleh karenanya kita ingin segera menyeselesaikannya sehingga tidak ada pekerjaan yang tertunda.

Bapak Anand Krishna mengatakan ketika ada yang bertanya bagaimana beliau bisa menulis sekian banyak buku beliau menjawab karena ketika beliau mulai menulis, beliau ingin cepat-cepat menyelesaikannya.  Sehingga beliau tidak perlu membaca ulang berkali-kali untuk satu naskah.

Untuk menulis karya sastra mungkin dibutuhkan waktu yang lebih lama namun Bapak Anand Krishna mengatakan beliau sharing pengetahuan beliau (his insight) jadi tidak perlu waktu yang sangat lama.

Selama hidup, kamu harus inkonsisten (terus berubah, berkembang).  Sains (ilmu pengetahuan) berkembang terus. Bila kita konsisten pada Albert Einstein, tidak akan ada Stephen Hawking (barangkali). Kita berkembang terus dan kita harus berani mengatakan pendapat saya di masa lalu adalah salah atau  pendapat saya itu cocok di masa itu namun sekarang saya berubah pikiran dan pendapat yang ini pun barangkali bukan yang terbaik dan kemungkinan akan berubah lagi.

Bila kita tahu bahwa kematian itu konsisten, maka kita akan memperbaiki hidup kita dengan penuh semangat.  Salah satu hal yang menarik, di dalam tradisi Yoga (bahasa Sanskrit) dan Jawa (Jawi kuno) dan di bahasa Bali pun ada. Time is Kaal, kaal also the name of death. Kaal juga kematian.

Jadi kematian dan waktu adalah suatu keniscayaan. Sekarang kita pinter-pinter memanfaatkannya. Waktu dan kematian ini adalah sinonim. Kematian adalah suatu titik, seperti berakhirnya suatu episode dan akan berlanjut ke episode berikutnya.

Bila kita memahami hal ini dan satu hal yang harus kita pahami adalah pemahaman kita yang berbeda dan ini tidak bisa diapa-apakan. Pemahaman saya tentang kehidupan adalah siklus. Dalam tradisi Yoga, hidup ini adalah siklus, tidak berawal pada kelahiran dan berakhir pada kematian. It goes on repeating it self.

Bila kita percaya dan memahami kehidupan, kelahiran, kematian dan kita adalah bagian dari siklus itu, kecemasan akan kematian akan berkurang. Apapun yang kita lakukan sampai detik terakhir, akan menjadi benih pada kelahiran berikutnya.

Kalau kita tidak memahami kelahiran dan kematian seperti itu, lalu kecemasan kita akan bertambah, kecemasan kita akan memuncak. Dan dalam kondisi itu siapa pun bisa memanfaatkan kita.

Pertama, kita harus percaya bahwa kematian adalan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari dan makin cepat kita memahami, kalau kita bisa memahami ihwal tentang kehidupan, kelahiran dan kematian ini sebelum usia 36 an tahun (waktu usia kita masih prima) kemuidan kita tidak akan cemas.

Yang terjadi, kecemasan itu kalau kita tidak menerima kematian dan kita belum melihat tujuan hidup dan lain sebagainya sebelum usia 36 tahun, setelah itu energi kita sudah mulai menurun. Kita tidak punya lagi energi yang cukup untuk memikirkan hal-hal yang mulia (spiritual).

Lima tahun pertama kelahiran adalah semacam jet lag seorang manusia. Jangan sampai jet-lagnya berkepanjangan.

Jadi kalau kita memahami semuanya ini, maka hidup adalah jalan-jalan. Tapi, mesti tahu tujuan. Rencana perjalanan pun jelas.

 

 

 

LIFE AFTER DEATH – Menyingkap Misteri Kehidupan & Kematian

Di dalam buku “LIFE AFTER DEATH – Menyingkap Misteri Kehidupan & Kematian” Anand Krishna berbagi banyak mutiara dalam menyingkapi kehidupan dan kematian, bersama J.P. Vaswani, lewat buku kecil yang luar biasa ini. Banyak pertanyaan akan anda ketahui jawabannya, dan banyak tips praktis yang akan membuat anda mampu menjalani hidup tanpa ketakutan menghadapi misteri besar hidup ini.

 

 

Penjelasan Anand Krishna Tentang Viveka
Anand Krishna Menasehati Untuk Berkarya Tanpa Memikirkan Hasil Akhir
Anand Krishna Beri Penjelasan Tentang Pikiran yang Tak Bercabang
Anand Krishna Berpesan: Jangan Takut!
Anand Krishna Menjelaskan Jika Manusia Hasil Proses Evolusi yang Sangat Panjang
Anand Krishna Mengingatkan Apa Yang Dimakan Bisa Berdampak Pada Pemikiran Seseorang
Anand Krishna Menjelaskan Tentang Karma
Anand Krishna Mengingatkan Pentingnya Pembersihan Diri Dalam Laku Spiritual
HS Dillon Dimata Anand Krishna
Gagal Move On? Ini Dia Tips Dari Anand Krishna Untuk Mengatasi Gagal Move On
Anand Krishna Bagikan Cara Instan Menjadi Kaya
Anand Krishna Bagikan Rahasia Kaya Dalam Sekejap
Anand Krishna Tentang “Defisiensi DMT dan Dampaknya”
Dalam Buku Yoga Sutra Patanjali Anand Krishna Ungkap Rahasia Yoga Secara Holistik
Anand Krishna Jelaskan Tentang DMT dan Pengalaman Spiritual
Anand Krishna Jelaskan Makna Tersembunyi Dari Asta Brata
Anand Krishna Center Singaraja di Resmikan
Pandangan Anand Krishna Terkait dengan Awarness (Kesadaran)
Kiat Total Success Ala Anand Krishna
Anand Krishna Ungkap Makna Tersembunyi Dalam Mahabharata
Buku Yoga Terbaik Buah Karya Anand Krishna

 

 

Links