Yayasan Pendidikan Anand Krishna didirikan oleh Bapak Anand Krishna sebagai respon terhadap kondisi pendidikan di Indonesia yang semakin jauh melenceng dari cita-cita luhur para Founding Fathers dan UUD 1945. Wajah pendidikan kita saat ini, setelah lebih dari 62 tahun kemerdekaan diproklamasikan, masih jauh dari harapan yang telah ditanamkan oleh Bapak Pendidikan kita, yaitu Ki Hajar Dewantara.
Ketertinggalan dan ketidakmandirian dalam bidang ekonomi, tata pemerintahan dan perpolitikan yang tidak berorientasi pada kepentingan rakyat, keterbelakangan dalam percaturan dunia internasional, serta berkembangnya fanatisme agama, merupakan akibat dari mutu dan sistem pendidikan salah arah. Maka Yayasan Pendidikan Anand Krishna akan mengedepankan character building, penanaman nilai-nilai budi pekerti dengan basis kearifan lokal/ Budaya Nusantara sesuai dengan harapan para Founding Fathers bangsa ini, seperti Ki Hajar Dewantara, Bung Karno, Bung Hatta, Muhammad Yamin, Sanusi Pane dan lain-lain.
Namun basis Kebudayaan Nusantara ini diharapkan tidak mempersempit, bahkan sebaliknya, memperluas wawasan manusia Indonesia. Sebagaimana diinginkan oleh Bung Karno, nasionalisme, nilai kebangsaan dan kearifan lokal disini sepenuhnya dalam kerangka internasionalisme dan nilai-nilai kemanusian yang universal.
Memang banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan sistem dan arah pendidikan di Indonesia saat ini, tapi apakah telah terjadi persamaan persepsi (paradigma), penafsiran dan tujuan pendidikan itu sendiri? Dan, yang terpenting adalah apakah sistem dan tujuan pendidikan itu sendiri cocok diterapkan di negeri ini?
Perbedaan persepsi, penafsiran dan tujuan pendidikan di Indonesia telah melahirkan berbagai bentuk dan sistem lembaga pendidikan yang membawa warnanya masing-masing, tetapi melupakan nilai dasar pendidikan nasional yang berbasis budaya Nusantara. Sehingga yang terjadi di dalam masyarakat sekarang ini adalah:
Indoktrinasi pemahaman tertentu pada sekolah-sekolah formal maupun non-formal, sehingga melahirkan anak didik yang kaku bagaikan robot, fanatik dan intoleran pada keberagaman dan perbedaan.
Tayangan TV yang penuh dengan adegan kekerasan, konsumerisme, mistisisme, hedonisme dan materialisme sangat mempengaruhi secara negatif pola pikir dan kepribadian seorang anak yang sedang tumbuh berkembang.
Mahalnya pendidikan layak bagi seorang anak Indonesia sehingga bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang terdapat pada dasar negara dan juga saripati budaya Nusantara, yaitu Pancasila.
Buruknya kesadaran masyarakat atas gizi makanan bagi seorang anak dan fasilitas sekolah layak bagi perkembangan jiwa dan otak anak didik.
Oleh karena itu, diperlukan satu sistem pendidikan holistik berbasis nilai budaya Nusantara yang memberikan kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri. Tidak saja secara intelektual tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan. Melalui sistem pendidikan holistik ini diharapkan tercapailah tujuan pendidikan yang cocok bagi bangsa Indonesia, yaitu: memanusiakan manusia, menumbuhkembangkan nilai-nilai perikemanusiaan, serta membangun budi pekerti.
Yayasan pendidikan Anand Krishna merupakan tindak lanjut dari terbentuknya Forum Kebangkitan Jiwa (FKJ) yang sejak tahun 2002 telah mengadakan berbagai program untuk tenaga pendidik, yang disebut dengan Mengajar Tanpa Di Hajar Stress (MTDS). Lebih dari 10.000 guru/pendidik di Indonesia telah mengikuti program tersebut. Yayasan pendidikan ini juga merupakan kesinambungan dari terbentuknya Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog Bagi Ibu Pertiwi (ForADokSi BIP) yang merupakan sayap kegiatan National Integration Movement (NIM). ForADokSi dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 2006 dan telah mengadakan kegiatan simposium pertama di Aula Dwi Warna, Gedung Panca Gatra (LEMHANAS), Jl. Merdeka Selatan No. 10, Jakarta Pusat pada tanggal 25 Oktober 2007. Tak kurang 1.400 guru hadir dalam kegiatan tersebut.
Yayasan pendidikan ini juga berlandaskan pada pemikiran Anand Krishna sebagaimana diberikannya dalam karya-karya beliau dan sekaligus berada dalam kerangka besar agenda pendidikan sebagaimana dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).