This Universe is University. Jagat raya, alam semesta adalah Universitas dalam pengertian Perguruan. Perguruan ini, sekolah ini menyediakan paket pelajaran, paket pendidikan dari tingkat TK, bahkan playgroup hingga kuliah kejuruan, dan spesialisasi dalam bidang-bidang studi yang tak terhitung jumlahnya. Tidak bisa diurut. Bagi Sang Kepala, Sang Direktur, Sang Ketua Perguruan ini – bagi Dia – setiap murid sama pentingnya. Setiap murid adalah murid. Ia tidak membedakan antara satu murid dengan murid yang lain. *Swami Sri Sathya Sai Baba halaman 90
Murid playgroup dan TK tidak kalah penting dari seorang yang sedang menempuh bidang studi tertinggi dengan spesialisasi khusus. Kita semua sedang belajar… keberadaan kita disini sudah cukup untuk membuktikan bahwa kita belum lulus. Kita belum lulus. Ada yang baru lulus TK dan masuk SD, ada yang baru lulus SMU dan masuk Perguruan Tinggi.. bertanyalah kepada mereka yang sudah lulus Perguruan Tinggi, mereka pun akan mengatakan, “Tidak, kita belum lulus, ternyata masih ada sesuatu yang perlu dipelajari, di dalami…” *Swami Sri Sathya Sai Baba halaman 91
Ya, para mahasiswa universitas ini selalu rendah hati. Mereka mengaku masih belajar. Adalah lulusan TK dan SD yang malah sering angkuh, “aku sudah lulus…” Lulus apa? Sang Direktur Perguruan Tinggi tidak membedakan antara Murid TK dan mahasiswa, ya, tapi juga tidak berarti bahwa mata pelajaran bagi setiap tingkatan disamaratakan. Tidak bisa. Mana bisa? Mana mungkin? Mereka yang masih duduk di bangku SD mempelajari hal-hal lain, jika dibandingkan dengan siswa SMU. Ini jelas. Seorang anak SD tidak bisa dibebani dengan kurikulum SMU. Bahkan, dalam satu kelas SD pun, lain siswa, lain tingkat kecerdasannya, dan lain pula approach, pendekatan seorang guru terhadapnya. Ada yang cukup mandiri, ada yang membutuhkan perhatian khusus. Ada kalanya melihat seorang guru memperhatikan seorang siswa yang lemah, dan membutuhkan perhatian khusus, kita cemburu, iri: “Wah, guru kita pilih kasih.” Kecemburuan yang tidak pada tempatnya. Rasa iri yang tidak cerdas. Semua itu muncul karena ego, karena merasa tidak puas dengan berkah kemandirian yang telah kita peroleh darinya. *Swami Sri Sathya Sai Baba halaman 92
Kemandirian kita semestinya mengingatkan kita akan berkahnya, akan perhatian dan pelajaran yang pernah kita peroleh darinya. Sadar akan berkah kemandirian, seorang shishya, seorang siswa sejati, mengambil alih beban sang guru. Ia tidak menjadi angkuh. *Swami Sri Sathya Sai Baba halaman 93
Seorang guru menggunakan berbagai cara untuk memberi pelajaran. Kadang cara-cara yang digunakannya terasa friendly, sopan. Kadang-kadang tidak. Tidak semua pelajaran dapat disampaikan dengan cara yang sama. Ada pelajaran yang mesti diberikan di ruang kelas. Ada yang mesti diberikan di laboratorium. Ada yang membutuhkan alam terbuka. *Swami Sri Sathya Sai Baba halaman 93
Tidak ada Perguruan yang bisa berjalan tanpa peraturan dan disiplin. Tidak ada. Tidak ada usaha yang bisa berjalan tanpa peraturan dan disiplin. Peraturan di satu Perguruan bisa beda dari peraturan di Perguruan lain. Disiplin di satu perusahaan bisa beda dari disiplin di perusahaan lain. Perguruan tempat kita semua berada, Perguruan semesta kampus bumi juga memiliki sederet peraturan, pedoman perilaku, kode etik, dan disiplin kampus tersendiri, yang bisa saja berbeda dari disiplin di kampus lain. Walaupun sama-sama berada di bawah naungan Perguruan Semesta yang sama. Peraturan-peraturan ini mesti diindahkan. Kode etik dan disiplin pun mesti dijalankan. Jika kita memang memiliki keinginan untuk belajar, maka bukan saja mengikuti proses pembelajaran, tetapi mesti mengikuti juga disiplin kampus yang sudah ditentukan. Seorang siswa ideal adalah ia yang mengikuti selurus proses pembelajaran, seluruh paket pendidikan seutuhnya, termasuk di dalamnya mengindahkan peraturan dan disiplin kampus. *Swami Sri Sathya Sai Baba halaman 94
Lihat Buku Swami Sri Sathya Sai Baba – Sebuah Tafsir